Senin, 30 Desember 2019

BPP Kecamatan Waesama Tingkatkan Kapasitas Petani Bawang Merah Melalui Sekolah Lapang


Kecamatan Waesama terletak di antara 3* 02’ - 2* 37’ Lintang Selatan dan 123* 29’-122* 75’ Bujur Timur. Adapun luas wilayah daratan Kecamatan Waesama 724 km2. Kecamatan Waesama termasuk dalam wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkannya komoditas bawang merah diantaranya Desa Simi dengan luas wilayah 25,02 km2, Desa Waemasing dengan luas wilayah 5,70 km2, Desa Lena dengan luas wilayah 26,82 km2 dan Desa Wamsisi dengan luas wilayah 109,64 km2 (Bursel Dalam Angka, 2019).

Pada tanggal 24 September 2019 - 18 Desember 2019 telah dilaksanakan Sekolah Lapangan (SL) Komoditi Bawang Merah di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Waesama diantaranya di Desa Simi, Desa Waemasing, Desa Lena dan Desa Wamsisi.




Peserta terdiri dari Kelompok Tani Bawang Merah. Peserta diberikan pembinaan mengenai teknik budidaya tanaman bawang merah dari pengelolaan lahan hingga panen dan juga petani berkesempatan bertanya jawab tentang cara pengendalian hama penyakit. Kegiatan Sekolah Lapangan ini sangat berkesan bagi petani yang menjadi peserta Sekolah Lapangan karena banyak sekali pengetahuan yang didapat, dimana pengetahuan petani itu hanya terbatas dari pengalaman pribadi saja dan menggunakan teknik secara tradisional.


Namun setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan ini petani merasa puas dengan materi-materi yang disampaikan oleh para penyuluh pertanian tentang inovasi-inovasi pertanian dengan tujuan untuk memberikan kemudahan pada petani dalam membudidayakan tanaman bawang merah dan merembugkan tentang apa-apa saja permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan serta mendiskusikan bagaimana cara pemecahan masalahnya secara bersama-sama, ujar Raya Tuatubun, SP selaku Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Waesama sebagai salah satu pemateri dalam kegiatan Sekolah Lapangan komoditi bawang merah tersebut.

Sekolah lapangan adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumber daya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahatani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sekolah Lapangan ini juga dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif, karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa (Andragogi) karena sifatnya yang tidak formal.

Proses belajar dilakukan dilapangan dimana tersedia obyek nyata berupa tanaman bawang merah yang dijadikan materi pelajaran. Untuk menggali potensi petani, diperlukan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang selama ini dihadapi. Pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangalah yang bisa membantu petani dalam menggali masalah dan penyelesaian masalahnya.

Penanggungjawab : Raya Tuatubun, SP (Kepala BPP Kecamatan Waesama

Minggu, 29 Desember 2019

Pedoman Penilaian Kelas Kelompok Tani

Penguatan kelembagaan petani perlu dilakukan melalui beberapa upaya, antara lain; (1) mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok, (2) menumbuh-kembangkan kelompok tani melalui peningkatan fasilitasi bantuan dan akses permodalan, peningkatan posisi tawar, peningkatan fasilitasi dan pembinaan kepada organisasi kelompok, dan peningkatan efisiensi dan efektivitas usahatani, serta (3) meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan, dan latihan yang dirancang secara khusus bagi pengurus dan anggota. Secara teknis upaya penguatan kelompok tani ini dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Sementara itu, kondisi kelompoktani dari tahun ke tahun dapat dikatakan belum mengalami perkembangan seperti yang diharapkan atau dapat dikatakan tetap (bahkan cenderung menurun). Sebagian besar kelas kelompoktani tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti status kelas kemampuan kelompoktani yang tinggi (misalnya Madya atau Utama), namun kegiatannya bila diukur dengan skor penilaian ternyata dinamikanya masih rendah. Bahkan sekarang ini, ada sebagian kelompoktani sudah bubar, namun masih terdaftar di dalam Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN). Kondisi tersebut terjadi karena kelompoktani sering dijadikan sebagai alat atau wadah untuk memberikan bantuan/subsidi yang berkaitan dengan program pemerintah, sehingga pembentukan dan penumbuhan kelompoktani banyak dilakukan karena adanya proyek-proyek, dan dengan berakhirnya proyek kelompoktani tidak berfungsi atau tinggal nama saja.

Pembinaan terhadap kelompoktani ini juga sejalan dengan diterapkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang mengamanatkan bahwa setiap penerima manfaat (bantuan) harus lembaga yang mendapat pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau kepala satuan kerja perangkat daerah terkait sesuai dengan kewenangannya. Hal ini tertuang pada pasal 298 ayat 4 dan ayat 5, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, dan dipertegas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri  Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Presiden RI pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2017 tanggal 5 Januari 2017 yang menginginkan efisiensi dan meningkatkan skala ekonomi petani, melalui clustering (klasifikasi) untuk selanjutnya dikorporasikan. 


Tujuan
Tujuan melakukan penilaian kelas kemampuan kelompoktani untuk :
  • Mengetahui keragaan kemampuan kelompoktani;
  • Menyediakan bahan perumusan kebijakan dan strategi pemberdayaan petani;
  • Mengetahui metodologi dan pemetaan kebutuhan penyuluhan pada masing-masing kelas kemampuan kelompoktani;
  • Menyediakan database kelompoktani melalui SIMLUHTAN;
  • Meningkatkan kinerja Penyuluh Pertanian dalam melakukan pengawalan dan pendampingan kelompoktani.
Sasaran
  • Kelembagaan yang menangani Penyuluhan baik tingkat Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);
  • Penyuluh Pertanian baik Penyuluh PNS, THL-TBPP, Penyuluh Swadaya maupun Penyuluh Swasta;
  • Instansi Terkait.
Manfaat
  • Diperolehnya strategi pembinaan kelompoktani sesuai dengan kelas kemampuannya;
  • Diperolehnya materi pembinaan untuk mengembangkan kelompoktani menjadi Gabungan Kelompoktani dan Badan Usaha Milik Petani (BUMP). 

Instrumen penilaian kelas kemampuan kelompok tani disusun berdasarkan aspek dan indikator penilaian. Contoh instrumen penilaian kelas kemampuan kelompok tani adalah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:




Untuk lebih jelas mengenai Pedoman Penilaian Kelas Kelompok Tani dapat mengunjungi link https://docs.google.com/document/d/1bYYnla0bdBqOfsgmFVXxK4ArVQ1-FRG6SwQEgoCz4oY/edit

Sabtu, 21 Desember 2019

Penguatan Pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian, Sukseskan KONSTRATANI

Balai Penyuluhan Pertanian merupakan unit kerja nonstruktural dinas yang menyelenggarakan fungsi Penyuluhan Pertanian kabupaten/kota.Balai Penyuluhan Pertanian berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, Pelaku Utama, dan Pelaku Usaha. Balai Penyuluhan Pertanian merupakan pos simpul koordinasi (posko) pembangunan Pertanian berbasis kawasan.
Pembentukan balai Penyuluhan Pertanian dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Balai Penyuluhan Pertanian:
  1. menyusun programa Penyuluhan Pertanian kecamatan sejalan dengan programa Penyuluhan Pertanian kabupaten/kota;
  2. melaksanakan Penyuluhan Pertanian berdasarkan programa Penyuluhan Pertanian;
  3. menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar;
  4. memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha;
  5. memfasilitasi peningkatan kapasitas Penyuluh Pertanian PNS, THL-TB Penyuluh Pertanian, Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan;
  6. melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan pengembangan model usaha tani bagi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha;
  7. memfasilitasi pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Swadaya di desa/kelurahan (posluhdes); dan
  8. mengembangkan Metode Penyuluhan Pertanian sesuai dengan karakteristik daerah dan kearifan lokal. (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Permentan/SM.200/1/2018)
Balai Penyuluhan Pertanian atau lebih dikenal BPP sebagai lembaga penyuluhan pertanian di tingkat lapangan mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian. Tujuan pembangunan pertanian lima tahun ke depan yakni menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa masyarakat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, dan meningkatkan ekspor. Untuk mencapai tujuan pembangunan itu, maka kementan menguatkan peran BPP melalui Kostratani.

KOSTRATANI adalah pusat kegiatan pembangunan pertanian tingkat kecamatan, yang merupakan optimalisasi tugas, fungsi dan peran BPP dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Melalui KOSTRATANI, BPP didukung dengan penguatan sarana prasarana dan peningkatan kapasitas SDM pertanian agar berperan dalam penguatan kelembagaan penyuluhan di desa (POSLUHDES), kelembagaan petani dan menjadi simpul penyelenggaraanpembangunan pertanian di kecamatan.

Dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan peran yang dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian, BPP wajib menyampaikan laporan bulanan. Pusat Penyuluhan Pertanian mengembangkan aplikasi Sistem Pemantauan dan Pelaporan BPP (SIMANTAP-BPP) sebagai sarana menyampaikan laporan kegiatan BPP secara digital berbasis web.


Manfaat aplikasi tersebut yakni mempercepat penyampaian data dan informasi serta laporan kinerja BPP yang terbaharukan dan mempermudah penelusuran laporan kegiatan BPP secara cepat. (Sumber : Tabloid Tani)

Rabu, 18 Desember 2019

Budidaya Kacang Tanah

Kacang tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Di Indonesia Kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia. 
 
Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati , minyak dan lain-lain. Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai.Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.
 
Jenis Tanaman Kacang tanah budidaya di Indonesia dibagi menjadi dua tipe • Tipe tegak Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek genjah dan kemasakan buahnya serempak. • Tipe menjalar. Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umnya berumur panjang. Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi. Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut : • Daya hasil tinggi. • Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari. • Hasilnya stabil. • Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun). • Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek. Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu : • Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan). • Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan). • Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang lain karena memang berbeda varietas.

Norma Wael S.P

Hama Penggerek Batang Cengkih dan Pengendaliannya

Maluku merupakan salah satu provinsi yang merupakan daerah penghasil cengkih, hal ini disebabkan karena tanaman cengkih merupakan salah satu tanaman asli Maluku yang dapat tumbuh dengan baik. Ketidakstabilan produksi cengkih menjadi masalah yang dihadapi petani cengkih di Maluku. Salah satu faktor penyebab ketidakstabilan produksi cengkih diakibatkan karena adanya berbagai kendala baik dalam teknik budidaya maupun serangan hama dan penyakit.

Hama yang menyerang tanaman cengkih salah satunya adalah penggerek batang. Penggerek batang merupakan jenis hama yang umum ditemukan dan paling merusak. Kerusakan tanaman cengkih yang disebabkan oleh penggerek batang diperkirakan mencapai 10-25 persen dari produksi. Kerugian tersebut akan meningkat apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian.

PENYEBAB :
Penggerek Batang (Nothopeus sp)
Ada dua jenis Nothopeus yaitu N. hemipterus dan N. fasciatipennis. Nothepeus sp menyerang tanaman cengkih yang berumur lebih dari 4 tahun dengan cara membuat liang-liang gerekan pada pangkal batang dan hidup didalamnya. Nothopeus sp. termasuk dalam ordo Coleoptera dan famili Cerambycidae.

GEJALA :
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Nothopeus sp ditandai adanya lubang-lubang bekas gerekan pada batang tanaman, dari lubang gerekan keluar cairan kental bercampur kotoran hama. Jumlah lubang gerekan dapat mencapai 20-70 lubang. Daun muda berubah kekuningan, rontok dan akhirnya pucuk daun mati. Jika tidak dikendalikan hama ini dapat menyebabkan kematian, karena asupan makanan terganggu

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI :
A. Faktor lingkungan (suhu, kelembaban) : Pada suhu 26oC dan kelembaban relative 73-100 persen hama dapat berkembang biak dengan baik
B. Teknik budidaya yang diterapkan petani. :
  • Jarak tanam tidak sesuai dengan jarak tanam optimal yang dianjurakan dimana  rata- rata berkisar antara 5 x 5 m sampai 6 x 7 m sehingga memungkinkan hama dapat berpindah dengan cepat dari satu tanaman ke tanaman lainnya.
  • Umur tanaman yang dirusak penggerek batang adalah tanaman yang sudah berumur tua.
  • Pola tanam : Jika terdapat tanaman lain selain tanaman utama pada areal sekitar tanaman.
PENGENDALIAN
  1. Sanitasi kebun : Tumbuhan cengkih akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar  matahari langsung. Di Indonesia, cengkih cocok ditanam baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.
  2. Penggunaan varietas tahan
  3. Monitoring hama secara teratur
  4. Melakukan pengendalian secara:
  • Mekanis: memusnahkan telur penggerek dengan mencari secara langsung atau menutup lubang gerekan dengan pasak kayu atau tanah liat.
  • Kimiawi: menggunakan insektisida sintetik yaitu dioleskan pada batang, diinjeksikan ke batang, dan ditaburkan pada tanah insektisida sistemik berbahan aktif carbofuran (misalnya Furadan 3 G) dengan dosis 115-150 g/pohon dan interval 3 bulan sekali.
  • Hayati/biologi dengan menyuntikkan suspensi jamur patogen serangga seperti Beauveria bassiana pada lubang gerekan dapat dapat digunakan untuk mengendalikan hama ini.
  • Pestisida nabati.

Bercak Daun Cengkih (Cylindrocladium quinguseptatum) dan Pengendaliannya






Cylindrocladium quinguseptatum termasuk dalam ordo Moniliales dan famili Moniliaceae. Penyakit ini umum terdapat di kebun cengkih pada musim hujan. Penyakit ini merupakan penyakit yang terbawa sejak tanaman di pembibitan sehingga akan terdapat pada semua areal pertanaman cengkih milik petani sampai tanaman dewasa.

PENYEBAB :
Tanaman cengkih muda maupun tua akan tetap terserang penyakit bercak daun kalau dari pembibitan sudah ada jamur C. quinqueseptatum.

GEJALA :
Gejala serangan C. quinguseptatum, pada daun terdapat bercak cokelat bulat, berukuran 1-6 mm yang tersebar pada permukaan atas daun yang berwarna putih perak dan dikelilingi oleh warna cokelat kemerahan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI :
A. Faktor lingkungan (suhu, kelembaban, angin) : suhu dan kelembaban yang dibutuhkan untuk perkecambahan spora jamur berkisar antara 28-31oC dan 80-90 persen. Disamping itu faktor curah hujan dan angin turut berpengaruh terhadap penyebaran spora jamur.

B. Teknik budidaya yang diterapkan petani. :
  • Jarak tanam : Jarak tanam tidak teratur dan terlalu dekat sehingga menimbulkan sebaran penyakit lebih cepat akibat tajuk tanaman yang saling berdekatan antara tanaman satu dengan lainnya.
  • Umur tanaman : Penyakit bercak daun kebanyakan ditemukan pada tanaman cengkih yang sudah menghasilkan. Gejala terlihat pada daun yang sudah tua yaitu daun yang berada pada cabang-cabang di bagian bawah dan tengah sedangkan bagian atas atau pucuk  tidak ada kerusakan.
  • Pola tanam : Jika terdapat tanaman lain selain tanaman utama pada areal sekitar tanaman dengan canopy yang menutupi tanaman cengkih (Sistem Dusung), hal ini menyebabkan kelembaban tinggi, akibat cahaya matahari tidak dapat menyinari tanaman secara langsung.
PENGENDALIAN: 
a. Mengurangi peneduh pada musim penghujan.
b. Pemberian pupuk yang memiliki unsur K (pupuk NPK atau KCl).
c. Penaburan Jamur Trichoderma,sp sekitar perakaran.

Budidaya Tanaman Hotong

Budidaya Tanaman Hotong Hotong (Setaria italica (L) Beauv.) adalah sejenis tanaman pangan yang dimanfaatkan masyarakat Pulau Buru Selatan, Maluku. Tanaman hotong merupakan sejenis padi, lebih mirip alang-alang, yang tumbuh di dataran rendah sampai dengan dataran tinggi pada semua jenis lahan. Tanaman hotong merupakan tanaman pangan alternatif pengganti beras yang dapat tumbuh dengan baik di lahan-lahan kering dan marjinal. Hingga kini, tanaman tersebut ditanam dan dibudidayakan secara terbatas di Pulau Buru Selatan (Maluku). Oleh karenanya, tanaman tersebut diberi nama buru hotong. 
 
Budidaya tanaman hotong tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif sebagaimana tanaman padi, sehingga memungkinkan untuk dapat ditanam hampir di semua tempat. Tanaman hotong merupakan tanaman semusim. Tanaman ini tumbuh dalam bentuk rumpun dengan tinggi 60-150 cm (Dassanayake, 1994). Umur panen tanaman ini 75-90 hari setelah tanam, tergantung jenis tanah dan lingkungan tempat budidayanya. Waktu penanaman terbaik pada bulan Juli hingga pertengahan Agustus di daerah beriklim tropis (Krishiworld, 2005). Menurut Dassanayake (1994), jenis-jenis hotong yang banyak dibudidayakan adalah: Setaria italica (L) Beauv., Setaria italica (Var.) Metzgeri, dan Setaria italica (Var.) Stramiofructa. 
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman buru hotong di antaranya adalah tanah, varietas tanaman, iklim, dan tindakan budidaya. Setiap tanaman menghendaki kondisi tanah yang berbeda-beda sebagai tempat hidup yang optimum. Pada budidaya tanaman graminae maka pengolahan tanah yang intensif dengan pencacahan tanah akan sangat menguntungkan dari segi kemampuan perkembangan akar dan penghambatan pertumbuhan gulma. Tanaman hotong tidak memerlukan tanah khusus untuk tumbuh, namun perlu dilakukan perlakuan-perlakuan terhadap jenis tanah tertentu. Menurut Krishiworld (2005), tanaman hotong dapat tumbuh pada daerah beriklim tropis maupun subtropis dengan curah hujan yang tidak terlalu besar. Secara umum, tanaman hotong tumbuh baik pada lahan tadah hujan sampai daerah kering kering, karena tanaman ini relatif sedikit membutuhkan air. Krishiworld (2005) melaporkan bahwa di India, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah alluvial, bahkan pada tanah liat. Tanah dengan kadar lempung yang tinggi harus mendapatkan pengolahan tanah yang baik agar dapat mendukung perakaran dan meningkatkan perkolasi air tanah, karena tanaman hotong memerlukan drainase yang baik. Tanaman hotong dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, namun tanaman ini bereaksi positif terhadap fosfor (P) dan nitrogen (N), sehingga tanah dengan kandungan fosfor dan nitrogen yang cukup akan menghasilkan produksi yang lebih baik. Batang tanaman hotong liat, semakin kering batang tanaman hotong setelah dikeringkan akan semakin berkurang sifat liatnya. Malai sebenarnya adalah lanjutan dari batang, hanya saja tumbuh cabang-cabang yang semakin ujung posisinya semakin kompak. Cabang terdiri dari koloni kulit ari yang berisi biji buru hotong. Panjang malai hotong rata-rata 15 dengan diameter 1.2 mm dan memiliki berat rata-rata 5.7 g per malai. Biji hotong memiliki ukuran panjang 1.7 mm, lebar 1.3 mm, dan ketebalan 1.1 mm (Kharisun, 2003). Usaha tani hotong sebenarnya bukan hal baru di kalangan masyarakat setempat, sebab selama ini tanaman hotong telah dibudidayakan oleh para petani untuk dijadikan tanaman sela. Proses pengolahan biji hotong (kulitnya berwarna coklat tua) sampai tahap siap tanak (dimasak) tak jauh berbeda dengan padi. Hanya saja, proses pengupasan kulitnya tidak dapat menggunakan alat yang biasa dipakai untuk mengupas kulit padi secara langsung, karena biji hotong lebih kecil dibanding padi.

Norma Wael, S.P

Karakteristik Pisang Tembaga Merah

Pisang memang buah favorit banyak orang. Rasanya yang manis, teksturnya yang lembut dan bisa dimakan dengan atau tanpa diolah menjadi keunggulan buah ini. Belum lagi harganya yang terjangkau. Beragam jenis pisang tumbuh di Kecamatan Namrole Kabupaten Buru Selatan, salah satunya adalah pisang tembaga merah.

Pisang ini tidak banyak dikebunkan secara komersial. Bukan lantaran tidak lezat, tetapi ketersedian bibit pisang yang terbatas.

Pisang tembaga merah bertipe kedudukan daun yang setengah tegak/sedang yang menguntungkan jika dilihat dari segi penerimaan cahaya matahari. Memiliki tinggi batang semu > 3,5 meter dengan bercak batang semu berwarna hitam dan warna getah : bening.

Warna daun pada tanaman pisang tembaga merah adalah merah keunguan dengan bentuk pangkal daun membulat pada salah satu sisinya.

Pisang tembaga merah ini cukup unik karena kulit buahnya yang berwarna merah keunguan. Berbeda dari pisang yang lain yang berwarna kuning ketika masak dan sangat jarang kita temukan pisang yang berwarna selain kuning. Ukuran buah pisang tembaga merah rata-rata memiliki panjang 11 cm. Satu tandan umumnya terdapat 3 - 4 sisir pisang. Satu sisir pisang tembaga merah terdiri atas 7 - 10 buah.

Pisang tembaga merah merupakan pisang yang sangat efektif dan baik untuk siapa saja yang ingin diet dan juga dapat mencegah penyakit jantung dan obesitas. Sama halnya dengan beras merah yang rendah nilai glukosanya. Para peneliti telah membuktikan jika didalam pisang tembaga merah mengandung serat tinggi yang berguna untuk semua orang dari anak-anak sampai orang dewasa dan manula. Dalam buah ini mengandung kalori rendah, serat, kalium, vitamin C, vitamin B6, sumber energi, folat, vitamin A, magnesium, riboflavin dan mangan.