Jumat, 20 Maret 2020

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Teknologi Pengendalian Ramah Lingkungan

PGPR singkatan dari Plant Growth Promoting Rhizhobacteria adalah sejenis bakteri yang hidup di perakaran tanaman. Awal mula diteliti oleh peneliti asal Amerika bernama Kloepper dan Scroth di pertengahan tahun1982. Hasilnya menggambarkan bahwa bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran tanaman yang diinokulasikan ke dalam benih dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982) itulah, PGPR mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Dalam perkembangannya bakteri ini akhirnya dieksplorasi oleh beberapa peneliti di berbagai negara penghasil produk pertanian. Termasuk di negara kita. Beberapa peneliti dan perguruan tinggi mengeksplorasi bakteri ini dari lingkungan sekitar kita dan mensosialisasikan hasilnya ke masyarakat dan instans iterkait. PGPR ini menjadi primadona ketika Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu kembali digalakkan di seluruh pelosok tanah air. Karena melalui kegiatan tersebut sosialisasi dan bimbingan teknis penggunaan serta pembuatan PGPR ini disebarluaskan ke masyarakat petani. Dan PGPR pun mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada beberapa tahun terakhir.
PGPR mampu memacu pertumbuhan tanaman dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh seranggaserta sebagai tambahan bagi kompos serta mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan seperti PGPR. Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan patogen.
Cara pembuatannya pun tidaklah sulit dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Adapun caranya sebagai berikut:

Cara aplikasi PGPR
1. Perlakuan pada benih
Perlakuan benih (seed treatment) pada bawang merah sebelum ditanam meliputi pencelupan benih ke dalam larutan agen hayati (PGPR) dengan cara merendam umbi benih bawang merah yang sudah diseleksi dan dibersihkan selama 15 menit ke dalam larutan PGPR 10-15 ml/1 liter air. Untuk merendam 20 kg umbi benih bawang merah dapat menggunakan 10 liter larutan PGPR.
2. Perlakuan pada lahan
Penggunaan aplikasi larutan PGPR pada lahan dengan cara campurkan 0,5 - 1 liter PGPR ke dalam tangki penyemprotan. Semprotkan PGPR tersebut ke lahan yang belum ditanami atau ke daerah perakaran tanaman. Ulangi penyemprotan setiap 20 hari sekali.
PGPR ini dapat digunakan pada berbagai tanaman, baik tanaman padi, kedelai, sayuran, buah-buahan maupun tanaman hias. Dengan penggunaan PGPR, teknologi pengendalian ramah lingkungan secara komprehensif dan pengurangan penggunaan pestisida dapat diterapkan.
Penanggungjawab : Aniati Nurlatu (Koordinator Penyuluh Kecamatan Namrole)

Rabu, 18 Maret 2020

Trichoderma Si Cendawan Sakti Kaya Manfaat

Saat ini sebagian besar petani masih bergantung pada pestisida dan pupuk kimia. Meningkatnya harga-harga pestisida dan pupuk kimia sangat menyulitkan petani dalam berproduksi. Karena biaya produksi menjadi tinggi dan harga pokok produksi menjadi tinggi sedangkan kualitas produksi masih rendah.
Masalah lain penggunaan pupuk dan pestisida kimia adalah apabila penggunaan dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan kerusakan pada tekstur, struktur, kimia dan biologis tanah, pencemaran lingkungan, dan resistensi hama.
Secara teknis penggunaan bahan kimia tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dengan menggunakan agen hayati, salah satunya dengan menggunakan cendawan trichoderma.
Manfaat dari trichoderma adalah sebagai berikut :
1. Sebagai biofertilizer (pupuk organik)
Trichoderma bekerja memperbaiki struktur tanah disekitar pertanaman dengan cara mengurai zat-zat organik yang ada didalam tanah. Didalam tanah sebenarnya terdapat banyak zat organik, namun dalam bentuk ukuran yang tidak dapat diserap tanaman.
Namun dengan pengaplikasian trichoderma maka organik tersebut akan terurai dan setelah terurai oleh trichoderma, zat-zat tersebut akan berubah menjadi ion-ion yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman.
2. Sebagai biopestisida (pestisida nabati/agen hayati)
Trichoderma yang bersifat antagonis terhadap jenis jamur lainnya bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan penyebaran patogen tular tanah penyebab penyakit seperti Fusarium oxysporum, Ralstonia solanacearum, Rhizoctonia solani dan Phytopthora infestans.

Cara eksplorasi trichoderma :

Hasil yang didapat :

Cara Pengaplikasian Trichoderma
Trichoderma sangat efektif dalam upaya pencegahan serangan patogen (preventif). Jadi aplikasinya akan jauh efektif sebelum tanaman diserang. Hal yang perlu diperhatikan saat aplikasi trichoderma adalah jangan mencampurnya dengan pupuk atau pestisida kimia karena dikhawatirkan trichoderma bisa mati. Lebih aman jika dicampurkan dengan pupuk kompos yang sangat mendukung perkembangan jamur-jamur yang menguntungkan tanaman termasuk trichoderma.
Ada 3 macam pengaplikasian yang bisa diterapkan saat menggunakan biofertilizer dan biopestisida trichoderma ini antara lain:
a. Menaburkan pada bedengan
Aplikasi trichoderma pada bedengan bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar (kompos) yang ditebarkan secara merata dibedengan yang setengah jadi, bukan diberikan pada bedengan yang telah jadi. Dosisnya -+ 500 kg/ha (pertanaman 20-25 gr).
b. Menaburkan pada lubang tanam
Aplikasi trichoderma pada lubang tanam dilakukan pada saat pindah tanam dengan cara menaburkan trichoderma ditiap lubang tanam. Jadi saat nanti bibit ditanam, maka posisi trichoderma akan tepat langsung mengenai perakaran tanaman.
c. Pengocoran
Selain ditabirkan pada bedengan dan lubang tanam, trichoderma juga dapat diaplikasikan dengan cara dikocor. Pengocoran bisa dimulai saat tanaman berusia 7-10 HST (Hari Setelah Tanam) dan ulangi setiap 10 hari sampai 4 kali perlakuan.
Jika mulai aplikasi saat umur tanaman 7 HST, maka pengaplikasian berikutnya saat umur 14, 21 dan 28 HST. Untuk dosis pengocoran sebanyak 1 sendok per 250 ml air/tanaman.

Penanggungjawab : Aniati Nurlatu (Koordinator Penyuluh Kecamatan Namrole)

Minggu, 15 Maret 2020

Perangkap Likat Kuning (Yellow Sticky Trap) Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan

Sebagai upaya dalam mengatasi masalah OPT tanaman bawang, umumnya petani menekankan pada pengendalian secara kimiawi. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan, selain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, penggunaan pestisida secara intensif juga menyebabkan biaya produksi tinggi.
Dalam pengembangan agribisnis, penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) masih relatif terbatas pada sebagian kecil komoditas prioritas. Dalam penerapannya, pendekatan ekologi lebih mendominasi dalam menentukan alternatif pengendalian OPT. Agar dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani, maka pendekatan ekonomi juga diperlukan untuk menentukan pemilihan suatu Teknologi. Pendekatan tersebut tidak bisa diterapkan secara parsial, karena ada kemungkinan melalui pendekatan ekologi saja belum tentu akan memberikan hasil yang sesuai dengan keuntungan ekonomi, demikian pula sebaliknya. 
Pemantauan hama di pertanaman penting dilakukan untuk menentukan upaya preventif pengendalian hama, antara lain dengan menggunakan perangkap likat kuning (yellow sticky trap). Serangga umumnya tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu, dimana warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti warna kuning cerah. Serangga mempunyai dua alat detector yang penerima rangsang cahaya yaitu mata tunggal (oseli) dan mata majemuk (omatidia). Mata serangga ini dibedakan berdasarkan jumlah lensa yang dipunyainya. Kalau mata tuggal mempunyai lensa kornea tunggal sedangkan mata majemuk mempunyai lensa kornea segi enam. 
Fungsi tiap mata inipun berbeda-beda, kalau mata tunggal berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya yang diterima, sedangkan mata majemuk berfungsi sebagai pembentuk bayangan yang berupa mozaik. Dari penghilatan ini seranga bisa membedakan warna. Ada yang bisa membedakan warna biru dan kuning seperti lebah madu. Ada juga yang hanya bisa mengetahi warna kuning saja seperti kutu daun dan lalat pengorok daun. Ada juga yang tidak bisa membedakan warna apapun alias buta warna. Kemampuan membedakan warna pada seranga ini karena perbedaaan sel-sel retina mata pada serangga. 
Membuat perangkap likat kuning (yellow sticky trap) sederhana dan Murah
Alat dan Bahan :
Botol kemasan air mineral
Cat kayu/besi warna kuning
Tiner/pengencer cat
Plastik bening ukuran 1 s.d 5 Kg tergantung ukuran botol kemasan air meneral/lakban bening
Oli bekas atau lem tikus
Tali raffia
Ajir

Berikut cara pembuatannya :
Metode pemasangannya perangkap likat kuning diikat pada ajir dengan ketinggian satu jengkal diatas tajuk tanaman, seiring tinggi tanaman perangkap likat kuning dinaikkan mengikuti tinggi tajuk tanaman supaya hasil bisa optimal, hal ini bertujuan supaya serangga hama langsung bisa melihat perangkap likat kuning diatas tajuk tanaman. 
Untuk areal tanaman seluas 1000 m2 minimal di pasang perangkap likat kuning dengan botol ukuran 1,5 liter sebanyak 10 buah dengan metode pemasangan zig-zag atau gigi gergaji. Ketika hama terperangkap telah memenuhi sebagian besar permukaan perangkap atau 15 hari setelah pemasangan, maka perlu dilakukan penggantian dengan perangkap yang baru, dengan cara melepas plastik dan menggantikannya dengan plastik yang baru dan diolesi lem perekat begitu selanjutnya sampai dengan tanaman habis masa panennya.

Perangkap likat kuning mampu mengendalikan beberapa hama yang sering muncul di pertanaman, seperti lalat buah, wereng, aphids, thrips, kutu, ngengat, dan kepik. Perangkap likat kuning ini dapat dijadikan solusi untuk petani dalam pengendalian hama di lapangan.

Berikut hasil pengaplikasian perangkap likat kuning pada pertanaman bawang merah :

Penanggungjawab : Aniati Nurlatu (Koordinator Penyuluh Kec. Namrole)

Selasa, 28 Januari 2020

Kelompok Tani di Desa Waemasing Panen Hasil Budidaya Bawang Merah

Kelompok Tani  di Desa Waemasing yang tergabung dalam Kelompok Tani Sekolah Lapang (SL) Budidaya Bawang Merah melakukan panen bawang merah yang berlokasi di Desa Waemasing Kecamatan Waesama Kabupaten Buru Selatan, pada akhir pekan kemarin.
"Panen bawang merah Kelompok Tani (poktan) sebagai langkah untuk mengatasi inflasi atau melonjaknya harga bawang merah di Kabupaten Buru Selatan," kata Koordinator BPP Kecamatan Waesama Kabupaten Buru Selatan, Raya Tuatubun, Minggu (26/01/2020).

"Untuk panen yang dilakukan kelompok tani tersebut seluas satu hektare," ujar Raya Tuatubun.

Lebih lanjut ia juga berharap bahwa ilmu yang didapat petani dari Sekolah Lapang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya guna pengembangan pertanian kedepannya hasil panen tersebut tidak hanya menjadi bahan konsumsi masyarakat tetapi juga bisa menjadi bibit.
"Bisa untuk budidaya bawang merah di kemudian hari sehingga masyarakat dapat berswadaya dan mandiri dalam pembibitan," pungkasnya.
Penanggungjawab : Raya Tuatubun, S.P (Koordinator BPP Kecamatan Waesama)

Jumat, 03 Januari 2020

Corn Sheller Membantu Petani Jagung Desa Waefusi


Pada era modern saat ini petani tidak lagi terlihat sebagai individu dengan kemampuan bidang produksi yang terbatas. Mereka perlu diarahkan untuk berusaha bertani dan mengolah hasil pertanian yang efisien. Kontribusi para petani pada pembangunan pertanian cukup besar karena posisi petani merupakan pelaku utama sebagai pengelola sektor pertanian secara luas.

Peluang untuk meningkatkan produktivitas jagung melalui sentuhan teknologi cukup terbuka melalui pemanfaatan potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal khususnya mekanisasi pasca panen pada tanaman jagung.

Seperti yang dirasakan oleh salah seorang petani bernama Zainal Riangwulo, salah satu petani dalam Kelompok Aneka Tani Desa Waefusi Kecamatan Namrole Kabupaten Buru Selatan. Dengan adanya mesin corn sheller, dapat membantu beliau dalam pengolahan hasil pertanian/memipil jagung.



Dengan adanya mekanisasi alsintan, banyak keuntungan yang diperoleh petani jagung yaitu efisiensi waktu pemipilan dan efisiensi biaya.

Diposting oleh Norma Wael, S.P

Senin, 30 Desember 2019

BPP Kecamatan Waesama Tingkatkan Kapasitas Petani Bawang Merah Melalui Sekolah Lapang


Kecamatan Waesama terletak di antara 3* 02’ - 2* 37’ Lintang Selatan dan 123* 29’-122* 75’ Bujur Timur. Adapun luas wilayah daratan Kecamatan Waesama 724 km2. Kecamatan Waesama termasuk dalam wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkannya komoditas bawang merah diantaranya Desa Simi dengan luas wilayah 25,02 km2, Desa Waemasing dengan luas wilayah 5,70 km2, Desa Lena dengan luas wilayah 26,82 km2 dan Desa Wamsisi dengan luas wilayah 109,64 km2 (Bursel Dalam Angka, 2019).

Pada tanggal 24 September 2019 - 18 Desember 2019 telah dilaksanakan Sekolah Lapangan (SL) Komoditi Bawang Merah di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Waesama diantaranya di Desa Simi, Desa Waemasing, Desa Lena dan Desa Wamsisi.




Peserta terdiri dari Kelompok Tani Bawang Merah. Peserta diberikan pembinaan mengenai teknik budidaya tanaman bawang merah dari pengelolaan lahan hingga panen dan juga petani berkesempatan bertanya jawab tentang cara pengendalian hama penyakit. Kegiatan Sekolah Lapangan ini sangat berkesan bagi petani yang menjadi peserta Sekolah Lapangan karena banyak sekali pengetahuan yang didapat, dimana pengetahuan petani itu hanya terbatas dari pengalaman pribadi saja dan menggunakan teknik secara tradisional.


Namun setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan ini petani merasa puas dengan materi-materi yang disampaikan oleh para penyuluh pertanian tentang inovasi-inovasi pertanian dengan tujuan untuk memberikan kemudahan pada petani dalam membudidayakan tanaman bawang merah dan merembugkan tentang apa-apa saja permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan serta mendiskusikan bagaimana cara pemecahan masalahnya secara bersama-sama, ujar Raya Tuatubun, SP selaku Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Waesama sebagai salah satu pemateri dalam kegiatan Sekolah Lapangan komoditi bawang merah tersebut.

Sekolah lapangan adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumber daya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahatani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sekolah Lapangan ini juga dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif, karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa (Andragogi) karena sifatnya yang tidak formal.

Proses belajar dilakukan dilapangan dimana tersedia obyek nyata berupa tanaman bawang merah yang dijadikan materi pelajaran. Untuk menggali potensi petani, diperlukan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang selama ini dihadapi. Pemberdayaan masyarakat melalui sekolah lapangalah yang bisa membantu petani dalam menggali masalah dan penyelesaian masalahnya.

Penanggungjawab : Raya Tuatubun, SP (Kepala BPP Kecamatan Waesama

Minggu, 29 Desember 2019

Pedoman Penilaian Kelas Kelompok Tani

Penguatan kelembagaan petani perlu dilakukan melalui beberapa upaya, antara lain; (1) mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok, (2) menumbuh-kembangkan kelompok tani melalui peningkatan fasilitasi bantuan dan akses permodalan, peningkatan posisi tawar, peningkatan fasilitasi dan pembinaan kepada organisasi kelompok, dan peningkatan efisiensi dan efektivitas usahatani, serta (3) meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan, dan latihan yang dirancang secara khusus bagi pengurus dan anggota. Secara teknis upaya penguatan kelompok tani ini dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Sementara itu, kondisi kelompoktani dari tahun ke tahun dapat dikatakan belum mengalami perkembangan seperti yang diharapkan atau dapat dikatakan tetap (bahkan cenderung menurun). Sebagian besar kelas kelompoktani tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti status kelas kemampuan kelompoktani yang tinggi (misalnya Madya atau Utama), namun kegiatannya bila diukur dengan skor penilaian ternyata dinamikanya masih rendah. Bahkan sekarang ini, ada sebagian kelompoktani sudah bubar, namun masih terdaftar di dalam Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN). Kondisi tersebut terjadi karena kelompoktani sering dijadikan sebagai alat atau wadah untuk memberikan bantuan/subsidi yang berkaitan dengan program pemerintah, sehingga pembentukan dan penumbuhan kelompoktani banyak dilakukan karena adanya proyek-proyek, dan dengan berakhirnya proyek kelompoktani tidak berfungsi atau tinggal nama saja.

Pembinaan terhadap kelompoktani ini juga sejalan dengan diterapkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang mengamanatkan bahwa setiap penerima manfaat (bantuan) harus lembaga yang mendapat pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau kepala satuan kerja perangkat daerah terkait sesuai dengan kewenangannya. Hal ini tertuang pada pasal 298 ayat 4 dan ayat 5, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, dan dipertegas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri  Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Presiden RI pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2017 tanggal 5 Januari 2017 yang menginginkan efisiensi dan meningkatkan skala ekonomi petani, melalui clustering (klasifikasi) untuk selanjutnya dikorporasikan. 


Tujuan
Tujuan melakukan penilaian kelas kemampuan kelompoktani untuk :
  • Mengetahui keragaan kemampuan kelompoktani;
  • Menyediakan bahan perumusan kebijakan dan strategi pemberdayaan petani;
  • Mengetahui metodologi dan pemetaan kebutuhan penyuluhan pada masing-masing kelas kemampuan kelompoktani;
  • Menyediakan database kelompoktani melalui SIMLUHTAN;
  • Meningkatkan kinerja Penyuluh Pertanian dalam melakukan pengawalan dan pendampingan kelompoktani.
Sasaran
  • Kelembagaan yang menangani Penyuluhan baik tingkat Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Pos Penyuluhan Pertanian Desa (Posluhdes);
  • Penyuluh Pertanian baik Penyuluh PNS, THL-TBPP, Penyuluh Swadaya maupun Penyuluh Swasta;
  • Instansi Terkait.
Manfaat
  • Diperolehnya strategi pembinaan kelompoktani sesuai dengan kelas kemampuannya;
  • Diperolehnya materi pembinaan untuk mengembangkan kelompoktani menjadi Gabungan Kelompoktani dan Badan Usaha Milik Petani (BUMP). 

Instrumen penilaian kelas kemampuan kelompok tani disusun berdasarkan aspek dan indikator penilaian. Contoh instrumen penilaian kelas kemampuan kelompok tani adalah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:




Untuk lebih jelas mengenai Pedoman Penilaian Kelas Kelompok Tani dapat mengunjungi link https://docs.google.com/document/d/1bYYnla0bdBqOfsgmFVXxK4ArVQ1-FRG6SwQEgoCz4oY/edit