Saat ini sebagian besar petani masih bergantung pada pestisida dan pupuk kimia. Meningkatnya harga-harga pestisida dan pupuk kimia sangat menyulitkan petani dalam berproduksi. Karena biaya produksi menjadi tinggi dan harga pokok produksi menjadi tinggi sedangkan kualitas produksi masih rendah.
Masalah lain penggunaan pupuk dan pestisida kimia adalah apabila penggunaan dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan kerusakan pada tekstur, struktur, kimia dan biologis tanah, pencemaran lingkungan, dan resistensi hama.
Secara teknis penggunaan bahan kimia tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dengan menggunakan agen hayati, salah satunya dengan menggunakan cendawan trichoderma.
Manfaat dari trichoderma adalah sebagai berikut :
1. Sebagai biofertilizer (pupuk organik)
Trichoderma bekerja memperbaiki struktur tanah disekitar pertanaman dengan cara mengurai zat-zat organik yang ada didalam tanah. Didalam tanah sebenarnya terdapat banyak zat organik, namun dalam bentuk ukuran yang tidak dapat diserap tanaman.
Namun dengan pengaplikasian trichoderma maka organik tersebut akan terurai dan setelah terurai oleh trichoderma, zat-zat tersebut akan berubah menjadi ion-ion yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman.
2. Sebagai biopestisida (pestisida nabati/agen hayati)
Trichoderma yang bersifat antagonis terhadap jenis jamur lainnya bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan penyebaran patogen tular tanah penyebab penyakit seperti Fusarium oxysporum, Ralstonia solanacearum, Rhizoctonia solani dan Phytopthora infestans.
Cara eksplorasi trichoderma :
Hasil yang didapat :
Cara Pengaplikasian Trichoderma
Trichoderma sangat efektif dalam upaya pencegahan serangan patogen (preventif). Jadi aplikasinya akan jauh efektif sebelum tanaman diserang. Hal yang perlu diperhatikan saat aplikasi trichoderma adalah jangan mencampurnya dengan pupuk atau pestisida kimia karena dikhawatirkan trichoderma bisa mati. Lebih aman jika dicampurkan dengan pupuk kompos yang sangat mendukung perkembangan jamur-jamur yang menguntungkan tanaman termasuk trichoderma.
Ada 3 macam pengaplikasian yang bisa diterapkan saat menggunakan biofertilizer dan biopestisida trichoderma ini antara lain:
a. Menaburkan pada bedengan
Aplikasi trichoderma pada bedengan bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar (kompos) yang ditebarkan secara merata dibedengan yang setengah jadi, bukan diberikan pada bedengan yang telah jadi. Dosisnya -+ 500 kg/ha (pertanaman 20-25 gr).
b. Menaburkan pada lubang tanam
Aplikasi trichoderma pada lubang tanam dilakukan pada saat pindah tanam dengan cara menaburkan trichoderma ditiap lubang tanam. Jadi saat nanti bibit ditanam, maka posisi trichoderma akan tepat langsung mengenai perakaran tanaman.
c. Pengocoran
Selain ditabirkan pada bedengan dan lubang tanam, trichoderma juga dapat diaplikasikan dengan cara dikocor. Pengocoran bisa dimulai saat tanaman berusia 7-10 HST (Hari Setelah Tanam) dan ulangi setiap 10 hari sampai 4 kali perlakuan.
Jika mulai aplikasi saat umur tanaman 7 HST, maka pengaplikasian berikutnya saat umur 14, 21 dan 28 HST. Untuk dosis pengocoran sebanyak 1 sendok per 250 ml air/tanaman.
Penanggungjawab : Aniati Nurlatu (Koordinator Penyuluh Kecamatan Namrole)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar